Kemungkinan memang IYA! Coba ingat-ingat lagi pada masa lalu. Apakah beberapa kebohongan pernah kita ucapkan?
Silahkan baca cerita ini. Jesika berumur 1,5 tahun. Dia pasti menangis meraung-raung setiap kali Bapaknya berangkat kerja. Suatu ketika Bapaknya berangkat kerja di saat Jesika sedang tidur. Dan Jesika tidak pernah menangis.
Setelah kejadian tersebut sang Bapak berangkat kerja dengan mengendap-endap agar Jesika tidak mengetahuinya. Atau agar bisa membujuk Jesika, sang Bapak memberitahu bahwa Bapak pergi tidak lama, dan ternyata pulang ke rumah larut malam.
Contoh lain yaitu berbohong pada suatu ancaman. Contohnya ketika Dedik tidak nafsu makan, sang Ibupun mengancamnya, "Nggak boleh bermain game jika makanannya nggak dihabiskan". Kenyataannya Ibu tidak melarang bermain game walaupun tidak menghabiskan makanan. Lagipula antara bermain game dan makan tidak ada hubungannya kan?
Anda pernah melihat kebiasaan tersebut? Jika pernah, mungkin di saat itulah dimulainya suatu proses hilangnya kepercayaan anak kepada orangtuanya. Apa yang kita ucapkan tidak lagi mendapat kepercayaan oleh sang Anak. Dan juga janji-janji yang kita katakan kepada sang Anak tidak akan ada rasa amannya.
Yang seharusnya dilakukan
Dalam berkomunikasi dengan anak harus proporsional serta jujur. Beri kasih sayang yang penuh ketika mengatakannya. Jelaskan sejujur-jujurnya dengan kalimat yang mudah dia pahami ketika berangkat kerja, contohnya seperti :
"Jesika, Bapak akan berangkat kerja ya, setelah Jesika mandi di sore hari, Bapak akan pulang dan kita bermain lagi"
Kemungkinan dia akan terus menangis, namun lambat laun Jesika akan paham bahwa sang Bapak tetap akan berangkat kerja, tetapi pada sore harinya Bapak pasti datang lagi. Ini yang membuat Jesika memperoleh rasa aman atas janji Bapak.
No comments:
Post a Comment