Jangan sampai orang lain menyalahkan diri kita, dimana kita adalah orang dewasa. Karena itulah, Sang Bapak secara spontan tidak menyalahkan anaknya, melainkan lantai, kursi, meja atau apapun yang pantas untuk disalahkan. Walaupun sebenarnya kejadian tersebut dikarenakan tubuh sang anak yang sedang dalam proses belajar untuk menyeimbangkan diri. Hal ini mengajarkan pada sang anak untuk tidak bertanggung jawab serta melakukan proses penumpulan logikanya. Hal tersebut jika dilihat dari sisi psikologisnya.
Efeknya terlihat pada masa dewasa, ketika di dunia kerja sang anak akan susah dalam mengidentifikasi sebab akibat, akibatnya dia kurang bisa memecahkan masalah yang baik terhadap masalah perusahaan. Problemnya begini, solusinya malah begitu. Tidak hanya itu, dia juga lebih sering mencari kambing hitam atas ketidak berhasilannya. Bahkan orangtuanyalah yang akan disalahkan.
Momen yang sangat penting adalah ketika sang anak terjatuh. Disitu perlu diberi kesadaran, jika ada sebab pasti ada akibatnya, serta berilah semangat bangkit dan rasa bertanggungjawab.
Yang Seharusnya Dilakukan
Disaat sang anak menangis setelah terjatuh, kita harus melatihnya untuk berjuang. Sang anak sebenarnya pasti akan berjuang sendiri ketika kita tidak mengucapkan sepatah kata pun. Terkadang jika orang tua yang overacting malah membuat anak menangis lebih keras. Suatu waktu berilah hanya sebuah anggukan senyum dan diamkan atau ulurkan tangan kita agar dapat membantunya bangkit. Jika perlu penekanan, maka sang Bapak atau Ibu bisa menegurnya agar lebih berhati-hati dan mempersilahkannya untuk bermain lagi.
Jika sang anak terluka, berilah pelukan saja agar tangisannya berhenti kemudian bantu dia dalam mengobati lukanya. Perilaku-perilaku tersebut lebih efektif walaupun lebih hemat tenaga dan lebih hemat kata-kata, agar terbentuk sifat yang positif.
No comments:
Post a Comment