Mengobral Ancaman dan Omelan - Kebiasaan Buruk Orang Tua

"Adit, awas jangan maen jauh-jauh, nanti diculik!"
"Awas jangan maen pisau, nanti kepotong!"
"Makan siangnya dimakan, nanti Bapak/Ibu marah jika nggak makan!"
"Jangan nakal, nanti di masukkan penjara ama pak polisi!"

Mengobral ancaman dan omelan adalah salah satu dari 37 kebiasaan buruk orangtua. Mengancam anak kerap kali dijadikan tindakan alternatif oleh orangtua yang hampir pasrah ketika sang anak tidak menurut. Mohon dipahami perbedaan antara konsekuensi dan ancaman.

Jika kita mengutarakannya tanpa mengubah posisi tubuh kita, namun dengan nada tinggi, dan juga dengan menunjuk-nunjuk sang anak, sebenarnya kita sedang mengancam anak kita. Tidak hanya itu, biasanya suatu ancaman tidak ada tindakan, hanya ancaman untuk menakut-nakuti. Lebih-lebih jika ancamannya mengaitkan dengan institusi tertentu yang sebenarnya menjaga keamanan, contohnya polisi. Seharusnya, anak kita harus mendekati polisi ketika ketakutan, bukan sebaliknya.

Anak cepat tangkap, dia memperhatikan pola tindak tanduk kita. Dia akan mempelajari suatu ancaman yang tidaklah serius ketika dia memperhatikan kita sekali dua kali mengancam, tanpa ada tindak lanjut. Tidak hanya itu, anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak merasa aman ketika semasa kecilnya sering mendapat ancaman. Selain itu anak bisa tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, atau lebih parah lagi, yaitu menjadi anak yang suka mengancam dan mengganggu orang lain.

Yang seharusnya dilakukan

Berhentilah untuk melakukan aktifitas ketika anak telah melakukan kesalahan yang serius. Panggil dan suruh anak mendekat. Bicara dengan lembut tetapi tegas. Terangkan perasaan kita dan sebutkan tindakan anak yang wajib diperbaiki dan beri konsekuensi sekaligus sepakati konsekuesi tersebut. Konsekuensi tersebut akan diberikan ke anak jika kembali melakukan tindakan negatif tadi lagi. Contohnya,

"Ria, Bapak khawatir Nina bermain terlalu jauh. Kalau mau bermain ke tempat yang cukup jauh ijin dulu ke Bapak yah"