Ketika kita marah, situasi tersebut bukanlah mengajar anak, tetapi cara kita untuk melampiaskan segala amarah terpendam akibat ketidakmampuan kita dalam menangani masalah dengan baik.
Dengan kemarahan pula yang menjadi alasan untuk mengelak dari kesalahan dan mengkambing-hitamkan pihak lain. Hal tersebut selalu menimpa ke pihak atau orang yang lebih lemah dari kita, dan tidak akan menimpa ke pihak yang sebaliknya.
Yang Seharusnya Dilakukan
Hindari percakapan ketika kita dalam kondisi marah. Sebisa mungkin tahan dengan cara yang bisa membuat kita lebih rileks, misalnya keluar dari dalam rumah untuk meredakan amarah, atau masuk kamar mandi untuk mencuci muka, dll.
Yang harus kita lakukan adalah bicara 'tegas' bukan bicara 'keras'. Cara bicara tegas yaitu dengan serius, nada datar, serta menatap muka dan mata secara dalam.
Bicara tegas dilakukan pada kondisi pikiran kita rasional, sedangkan bicara keras dilakukan pada kondisi pikiran kita dikuasai emosi.
Pada saat kita marah, biasanya rasa emosi dan ucapan/perbuatan yang kita lakukan merupakan hal yang akan kita sesali nanti. Jika hal tersebut terjadi, hal selanjutnya yang akan terjadi adalah kita akan menyesal dan berupaya agar bisa menebus kesalahan tersebut. Biasanya dengan memberi dispensasi atau memperbolehkan beberapa hal yang sebelumnya kita nyatakan tidak boleh. Apabila hal tersebut terjadi berkali-kali, sang anak akan tertantang dan berupaya agar kita selalu terpancing amarah.
Perlu kita ketahui bahwa anak yang selalu kita marahi tidak akan selalu menjadi lebih baik.
No comments:
Post a Comment