Kebiasaan ini juga sama dengan 2 kebiasaan sebelumnya, sama-sama menyakitkan bagi anak kita. Kebiasaan untuk mengungkit-ungkit kembali kesalahan-kesalahan yang sudah pernah telah dilakukan sang anak. Misalnya seperti ucapan, "Nah kan, Ibu/Ayah sudah pernah bilang kan. Nggak mau dengerin sih, sekarang tau kan akibatnya. Kalau orang tua bicara di dengerin. Bandel sih."
Dengan ucapan tersebut sang orang tua mengharapkan agar sang anak akan mempelajari kesalahannya. Tetapi yang sebenarnya akan terjadi merupakan kebalikannya, dia akan merasa sakit hati. Dan akibat buruknya, dia akan tertantang untuk melakukan kesalahan lagi. Pemikiran tersebut dilakukannya karena faktor ingin membalas rasa sakit hatinya.
Yang Seharusnya Dilakukan
Kita tidak perlu mengungkit semua kesalahannya, agar dia tidak melakukan kelakuan buruknya lagi. Lakukanlah kontak mata beberapa detik, atau beri pelukan jika perlu. Rasakan juga kesalahan yang dia lakukan, dengan kata lain ikutlah untuk berempati sampai sang anak mengatakan dengan jujur kekeliruan dan kesalahan yang telah dia perbuat.
Pernyataan yang sebaiknya kita ungkapkan, "Ibu/Ayah bangga karena kamu bisa mencari hikmah dari kesalahan ini." Atau "Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Semoga ini jadi pelajaran yang baik untukmu." Jika kita mengucapkan pernyataan tadi, maka anak akan bisa menjadi pendengar yang baik terhadap nasehat-nasehat kita.
No comments:
Post a Comment